aku telah lama melewati persimpangan jalan. aku sekarang berdiam di ufuk timur. fajar adalah imanku. aku memilih ini. tak ada keraguan lagi. aku tak akan pernah memutar jalan. di sini rumahku. rumah tanpa pilar-pilar megah. rumah di atas tanah basah. kadang ilalang tumbuh di dalamnya menjadi hiasan. anak-anak sering memotong satu-dua tangkai menjadi bahan mainan masakan mereka. sembari memasukan tanah yang mereka cukil menjadi nasi-nasian.
di rumah ini, kami belajar dan bekerja. di sini, manusia-manusia saling mendengar. di sini, manusia-manusia saling memberi. di sini, manusia-manusia tak bersaing. tapi, bekerja bersama. di sini, manusia belajar bersama. tak ada yang merasa paling pintar dan paling benar. belajar mendengar dan berbicara. belajar membaca dan menulis. belajar bagaimana manusia berkembang maju tanpa melupakan sejarah perkembangan manusia. dengan sejarah, manusia bisa tahu bagaimana harus berkembang maju. seperti yang dilakukan para pendahulu.
di rumah ini, manusia tak terasing dalam bekerja. sebagaimana memang manusia harus bekerja. sebab, hidup itu materi yang bekerja. yang tak bekerja tak boleh makan. anak-anak sampai orang tua, perempuan dan lelaki, semua harus bekerja.
di sini, hubungan manusia dengan sesamanya tak atas dasar uang. yang membuat manusia terasing. sesungguhnya, uang membuat manusia menjadi mucikari. di sini, uang akan dibakar dalam bara api yang sangat panas. biar uang-uang melebur menjadi kerangka besi dijadikan pacul, palu, dan arit. selebihnya dijadikan alat-alat produksi pertanian dan pertukangan. hasil produksi digunakan untuk kebutuhan dasar manusia-manusia.
soal kebutuhan, manusia harus merasa cukup. jangan berlebih. menusia harus saling memberi untuk terpenuhinya kebutuhan bagi semua orang. begitu pun soal hasrat. manusia harus sekadar memenuhi hasrat minimal, sewajarnya. sebab, kebercukupan mengantarkan manusia pada kebijaksanaan tertinggi. kebijaksanaan dalam menghargai manusia dan alam semesta. tanpa penghisapan dan penindasan atas manusia lain. tanpa eksploitasi yang merusak alam. tanpa polusi. tanpa erosi. tanpa ekstasi. tanpa ilusi. tanpa manipulasi. tanpa -si -si lainnya yang merugikan alam dan manusia.
di sini, aku merasa, matahari terasa hangat. pun hujan terus membasahi bumi. airnya membelai bunga-bunga rekah. mengabarkan nyanyian kebersamaan. selubung kekeluargaan begitu kuat. dan sang fajar tak bosan datang menyelimuti manusia-manusia dengan sinarnya. rasanya begitu hangat. seperti ibu yang mendekap anaknya. tak seperti manusia-manusia di barat. mereka angkuh dan saling menikam. di dunia barat, mereka merasa punya dunia sendiri-sendiri. kemenangan dengan pedang telah jadi tradisi di antara mereka. senyuman satu dollar melekat pada bibir mereka. tak heran, di sana , di rumah megah-megah, terselubung penghisapan. mereka beramai-ramai merajut alam dongengan. tentang kesejahteraan, tapi ilusi. tentang kebaikan, tapi munafik. tentang kesadaran, tapi palsu. tentang kebudayaan, tapi sempalan.
sangat disayangkan, polusi di dunia barat telah merambah di sekitar rumah ini. di lingkungan sosial kita. bau dan kotornya mulai merebak. orang-orang munafik bicara moral, tapi tak bermoral. orang-orang cerdas membodohi banyak orang. orang-orang sok baik padahal sedang mencari keuntungan bagi dirinya. orang-orang rakus terus saja menghisap tenaga kerja manusia.
hei, kau yang masih di persimpangan jalan. jangan bingung. bergabunglah di sini. di rumah kami. rumah manusia-manusia bumi yang komunal. tanpa kelas. tanpa penghisapan dan penindasan. mari bangun rumah yang sangat sederhana ini berlipat-lipat.
lihat, fajar masih tak bosan menyinari kami.
ditulis 2008.
ditulis 2008.
0 komentar:
Posting Komentar