kami orang-orang lapar tak perlu puasa
senantiasa tiap hari menderu lapar.
kami orang-orang lapar tak usah kalian jejali ayat-ayat suci
kami perlu makanan.
kami orang-orang lapar tak mau kalian atur
kami giat mengatur diri untuk tetap hidup.
kami orang-orang lapar tak butuh sumbangan
kami ingin kalian sadar kami telah dimiskinkan.
rasa lapar yang akrab ini
membuat kami mengerti nilai kemanusiaan
hubungan manusia dengan manusia
bukan hubungan manusia di atas mata uang
kelaparan ini milik orang-orang lapar di afrika, amerika, eropa, asia, australia .
kematian orang-orang lapar di seluruh dunia
berada di dalam perut gendut orang-orang kaya
yang menguasai pabrik-pabrik,
bercokol di bank-bank,
mencitra di media-media,
dan menahta di kursi kekuasaan:
ada bush asik memberi makan kiloan daging kepada anjing-anjingnya
gordon brown mengelap kilauan emas mahkota raja
ehud olmert memerkosai perempuan-perempuan palestina
jacob zuma menumpuk pundi-pundi uang di tengah anak-anak lapar afrika
juga yudoyono laksana satrio paningit sibuk merias wajah menghadap cermin
sambil berpikir tentang siasat untuk menipu rakyatnya,
menjual semua sumber energi dan daya
mereka bernaung di dalam kerajaan modal
kekuasaannya menggurita
menggenggam bola dunia
menguras energi kehidupan
sampai titik lapar manusia-manusia
rasa lapar kami tak akan membuat kami mati
kami mati sejak dulu
sejak kami tak lagi mencangkul tanah
sejak kami tak lagi bermukim
sejak kami tak lagi melaut
sejak kami hanya bagian dari mesin-mesin pabrik
kau bunuh kami pun, para penguasa uang dan bangsa,
tak membuat kami hilang
karena rasa lapar ini milik orang banyak di seluruh tanah air di muka bumi ini
seabadi gelora rakus kalian.
kalian tahu, seberapa gemuruhnya rasa lapar di perut ini?
segemuruh hentakan kaki kaum tani, buruh, nelayan, miskin kota , perempuan miskin, anak miskin, dan pemuda.
rasa lapar ini akan menembus keluar dari kulit perut kami yang semakin menipis
keluar dengan pukulan palu para kaum buruh
dan sabetan arit kaum tani
di dalam tarian perlawanan internasionale
tertuju pada perut-perut gendut rakus kalian.
sebab, bendera merah sudah kami kibarkan.
sebagian menjadi kain kafan jenasah kawan-kawan kami yang mati kelaparan.
heru suprapto
grogol, 13 januari 2009.
dipublikasikan pertama kali di pena rakyat edisi juli 2009.
0 komentar:
Posting Komentar