SlideShow

0

sunyi dalam tungku api


jadilah sunyi dalam tungku api

di dalam,
kayu yang mati menjadi hidup membara
tungku yang dingin sepi menjadi gempita

di luar,
udara dingin adalah perhelatan
antara hati dan pikiran
yang membeku ingin bicara
yang bicara ingin berbuat

udara dingin adalah lorong
lorong panjang tak berujung
kesetiaan perjalanan
meski gelap
meski sempit
meski pengab
perjalanan adalah gerak
tak henti
hanya rehat dan terus bergerak

udara dingin adalah kata
tak terucap
terasa dingin
tak perlu diucap

udara dingin adalah saksi
yang merasakan sunyi dalam tungku api
menyaksikan percikan pertama api
menjadi membara
kayu patah menjadi arang
bara arang menghangat
patah menjadi kepingan arang
barabara membabi buta
kepingan arang terpatah-patah
bara terus menyala
jadi debu

arang yang patah tak pernah membenci bara
ia menyala berkeping-keping hingga jadi abu

di luar,
udara dingin setia menjadi saksi
sunyinya tungku api

hs.
26 mei 2012. 13.59 wib
0

obrolan tentang lahir


kenapa aku lahir, ibu?
karena ibu membutuhkanmu, nak
kenapa aku dibutuhkan, ibu?
karena kalau kamu tak lahir, 
temantemanmu tak lahir, bumi akan sepi

tapi ibu,
saat aku seperti manusia lainnya ada banyak di bumi
kenapa mereka terusir dari gunung, desa-desa?
kenapa mereka punya emas,
punya tanah dan segala isi perut bumi
tapi terusir, tak memiliki?
yang mengusir manusia juga, ibu
bukan tuhan
bukan malaikat
bukan hewan

ibu,
kata agama, manusia dari setitik debu
kataku,
mereka bukan setitik debu!
mereka sebongkah debu yang mengeras
membatu
punya telinga tapi hilang
punya akal tapi mengakali
punya hati tergadai
jujur seperti sehelai daun yang gugur
meliukliuk dalam selokan
berakhir semuanya

ibu,
kenapa mereka lahir menjadi seperti itu?

aku mungkin mengerti, ibu
riwayat manusia berakhir saat ia tak mengerti kelahirannya
begitu kan, ibu?
kenapa ibu diam?
ibu, kenapa manusia lahir?
jawab ibu!

_______

nak,
ibu jadi berpikir,
mungkin manusia dan kelahirannya adalah kutukan


sekadar mengingat

happy birthday, dear…

1h51
30 april 2012
norah’s birthday
0

protes dari perut yang lapar



kami orang-orang lapar tak perlu puasa
senantiasa tiap hari menderu lapar.

kami orang-orang lapar tak usah kalian jejali ayat-ayat suci
kami perlu makanan.

kami orang-orang lapar tak mau kalian atur
kami giat mengatur diri untuk tetap hidup.

kami orang-orang lapar tak butuh sumbangan
kami ingin kalian sadar kami telah dimiskinkan.

rasa lapar yang akrab ini
membuat kami mengerti nilai kemanusiaan
hubungan manusia dengan manusia
bukan hubungan manusia di atas mata uang

kelaparan ini milik orang-orang lapar di afrika, amerika, eropa, asia, australia.
kematian orang-orang lapar di seluruh dunia
berada di dalam perut gendut orang-orang kaya
yang menguasai pabrik-pabrik,
bercokol di bank-bank,
mencitra di media-media,
dan menahta di kursi kekuasaan:
ada bush asik memberi makan kiloan daging kepada anjing-anjingnya
gordon brown mengelap kilauan emas mahkota raja
ehud olmert memerkosai perempuan-perempuan palestina
jacob zuma menumpuk pundi-pundi uang di tengah anak-anak lapar afrika
juga yudoyono laksana satrio paningit sibuk merias wajah menghadap cermin
sambil berpikir tentang siasat untuk menipu rakyatnya,
menjual semua sumber energi dan daya

mereka bernaung di dalam kerajaan modal
kekuasaannya menggurita
menggenggam bola dunia
menguras energi kehidupan
sampai titik lapar manusia-manusia

rasa lapar kami tak akan membuat kami mati
kami mati sejak dulu
sejak kami tak lagi mencangkul tanah
sejak kami tak lagi bermukim
sejak kami tak lagi melaut
sejak kami hanya bagian dari mesin-mesin pabrik

kau bunuh kami pun, para penguasa uang dan bangsa,
tak membuat kami hilang
karena rasa lapar ini milik orang banyak di seluruh tanah air di muka bumi ini
seabadi gelora rakus kalian.

kalian tahu, seberapa gemuruhnya rasa lapar di perut ini?
segemuruh hentakan kaki kaum tani, buruh, nelayan, miskin kota, perempuan miskin, anak miskin, dan pemuda.
rasa lapar ini akan menembus keluar dari kulit perut kami yang semakin menipis
keluar dengan pukulan palu para kaum buruh
dan sabetan arit kaum tani
di dalam tarian perlawanan internasionale
tertuju pada perut-perut gendut rakus kalian.
sebab, bendera merah sudah kami kibarkan.
sebagian menjadi kain kafan jenasah kawan-kawan kami yang mati kelaparan.


heru suprapto
grogol, 13 januari 2009.
dipublikasikan pertama kali di pena rakyat edisi juli 2009.     
0

bangun! langkahkan kakimu menuju Revolusi!

aku di sini telah terbangun
dari dongeng yang selama ini meninabobokan kita
sejak orde baru
hingga kini
orde paling baru.

“ninabobo, oh… ninabobo…
kalau tidak bobo digigit nyamuk”

hei!
kamu yang di sana.
apa sudah bangun?
buka matamu!
lihat!
kadal-kadal berwajah ular
menampilkan kulit yang sama dengan kita.
selalu menyatakan pro RAKYAT padahal pro RAYAP
masih bersarang di sana:
di istana negara, di rumah rakyat, di gedung berpilar palu adil, di markas keamanan, di barak prajurit, di istana daerah,
di pendopo-pendopo desa dan kampung, di rumah RT …
hingga di sekitar kita
merayapi kayu-kayu yang menahan atap rumah kita.
sedangkan loreng-loreng bersenjata yang dulu membebaskan rakyat dari penjajah
bukan lagi milik rakyat,
milik mereka yang menghisap tetek ibu-ibu
menangisi nasi aking untuk makan hari ini,
yang menggembosi perut-perut busung lapar,
yang memerkosa hak anak untuk sekolah,
yang mempersulit pelayanan kesehatan untuk rakyat miskin,
yang merobohkan paksa tempat tinggal,
yang merampas lahan pekerjaan kita di trotoar dan sarana umum,
yang mematahkan roda becak-becak,
yang mengerangkeng perempuan,
yang menjejali kotoran, lumpur gas, dan racun industri
ke dalam organ pencernaan kita,
yang membodohi kita dengan aksara-aksara bermakna semu dan angka-angka palsu,
yang sekali lagi,
dan lagi,
meninabobokan kita.

“ninabobo, oh… ninabobo…
kalau tidak bobo digigit nyamuk”

eitt…
jangan terlelap dan terlena.
bangun!
langkahkan kakimu!
jika tidak,
sejarah kemarin dan hari ini di tangan mereka.
masa depan bukan milik kita.

kita di sini menjala semangat perubahan
yang telah lama ditekan penguasa-pengusaha.
di dalam barisan ini
kita simpan jejak langkah yang lalu di balik bantal.
di lingkaran ini
kita lubangi payung baja yang telah lama membuat bunga impian layu.
langkah kaki ini yang dulu terjerembab karena takut melangkah
kini bisa berlari.
harapan-harapan yang dulu dianggap tak mungkin
kini berada di depan sedang menggerakkan tangan kita untuk menggenggamnya.
sesungguhnya kita bisa.

selama ini ketakutan telah membunuh kita perlahan
dan kemerdekaan tercapai jika bebas dari rasa takut.
keyakinan harus dijaga.

melawanlah air mata!
melawanlah tangis jiwa!
melawanlah sakit hati!
melawanlah muak derita!
melawanlah takut langkah!
keluarkan semua.
bangkitkan semangat!
biar amarah merobek kepalsuan kadal-kadal.
hempaskan hela nafas lelah kita membasmi RAYAP-RAYAP gendut!
banjiri jalan-jalan dengan air mata dan amarah hingga ujung istana.
jangan,
jangan pernah membiarkan bara di dalam diri kita padam.
berkobarlah api perlawanan!
bergerak. bersatu. rebut hak-hak kita.
berdaulat!
lawan!

sebab reformasi omong kosong.
saatnya Revolusi.


heru suprapto
bekasi, 7/1/2007, 02.10.
dideklamasikan pertama kali oleh anak miskin di bundaran hi jakarta, di tengah festival seni perlawanan rakyat miskin kota, 7 januari 2007.  

0

melewati persimpangan jalan

aku telah lama melewati persimpangan jalan. aku sekarang berdiam di ufuk timur. fajar adalah imanku. aku memilih ini. tak ada keraguan lagi. aku tak akan pernah memutar jalan. di sini rumahku. rumah tanpa pilar-pilar megah. rumah di atas tanah basah. kadang ilalang tumbuh di dalamnya menjadi hiasan. anak-anak sering memotong satu-dua tangkai menjadi bahan mainan masakan mereka. sembari memasukan tanah yang mereka cukil menjadi nasi-nasian. 

di rumah ini, kami belajar dan bekerja. di sini, manusia-manusia saling mendengar. di sini, manusia-manusia saling memberi. di sini, manusia-manusia tak bersaing. tapi, bekerja bersama. di sini, manusia belajar bersama. tak ada yang merasa paling pintar dan paling benar. belajar mendengar dan berbicara. belajar membaca dan menulis. belajar bagaimana manusia berkembang maju tanpa melupakan sejarah perkembangan manusia. dengan sejarah, manusia bisa tahu bagaimana harus berkembang maju. seperti yang dilakukan para pendahulu. 

di rumah ini, manusia tak terasing dalam bekerja. sebagaimana memang manusia harus bekerja. sebab, hidup itu materi yang bekerja. yang tak bekerja tak boleh makan. anak-anak sampai orang tua, perempuan dan lelaki, semua harus bekerja. 

di sini, hubungan manusia dengan sesamanya tak atas dasar uang. yang membuat manusia terasing. sesungguhnya, uang membuat manusia menjadi mucikari. di sini, uang akan dibakar dalam bara api yang sangat panas. biar uang-uang melebur menjadi kerangka besi dijadikan pacul, palu, dan arit. selebihnya dijadikan alat-alat produksi pertanian dan pertukangan. hasil produksi digunakan untuk kebutuhan dasar manusia-manusia. 

soal kebutuhan, manusia harus merasa cukup. jangan berlebih. menusia harus saling memberi untuk terpenuhinya kebutuhan bagi semua orang. begitu pun soal hasrat. manusia harus sekadar memenuhi hasrat minimal, sewajarnya. sebab, kebercukupan mengantarkan manusia pada kebijaksanaan tertinggi. kebijaksanaan dalam menghargai manusia dan alam semesta. tanpa penghisapan dan penindasan atas manusia lain. tanpa eksploitasi yang merusak alam. tanpa polusi. tanpa erosi. tanpa ekstasi. tanpa ilusi. tanpa manipulasi. tanpa -si -si lainnya yang merugikan alam dan manusia. 

di sini, aku merasa, matahari terasa hangat. pun hujan terus membasahi bumi. airnya membelai bunga-bunga rekah. mengabarkan nyanyian kebersamaan. selubung kekeluargaan begitu kuat. dan sang fajar tak bosan datang menyelimuti manusia-manusia dengan sinarnya. rasanya begitu hangat. seperti ibu yang mendekap anaknya. tak seperti manusia-manusia di barat. mereka angkuh dan saling menikam. di dunia barat, mereka merasa punya dunia sendiri-sendiri. kemenangan dengan pedang telah jadi tradisi di antara mereka. senyuman satu dollar melekat pada bibir mereka. tak heran, di sana, di rumah megah-megah, terselubung penghisapan. mereka beramai-ramai merajut alam dongengan. tentang kesejahteraan, tapi ilusi. tentang kebaikan, tapi munafik. tentang kesadaran, tapi palsu. tentang kebudayaan, tapi sempalan. 

sangat disayangkan, polusi di dunia barat telah merambah di sekitar rumah ini. di lingkungan sosial kita. bau dan kotornya mulai merebak. orang-orang munafik bicara moral, tapi tak bermoral. orang-orang cerdas membodohi banyak orang. orang-orang sok baik padahal sedang mencari keuntungan bagi dirinya. orang-orang rakus terus saja menghisap tenaga kerja manusia. 

hei, kau yang masih di persimpangan jalan. jangan bingung. bergabunglah di sini. di rumah kami. rumah manusia-manusia bumi yang komunal. tanpa kelas. tanpa penghisapan dan penindasan. mari bangun rumah yang sangat sederhana ini berlipat-lipat. 

lihat, fajar masih tak bosan menyinari kami.    


ditulis 2008.