aku di sini telah terbangun
dari dongeng yang selama ini meninabobokan kita
sejak orde baru
hingga kini
orde paling baru.
“ninabobo, oh… ninabobo…
kalau tidak bobo digigit nyamuk”
hei!
kamu yang di sana.
apa sudah bangun?
buka matamu!
lihat!
kadal-kadal berwajah ular
menampilkan kulit yang sama dengan kita.
selalu menyatakan pro RAKYAT padahal pro RAYAP
masih bersarang di sana:
di istana negara, di rumah rakyat, di gedung berpilar palu adil, di markas keamanan, di barak prajurit, di istana daerah,
di pendopo-pendopo desa dan kampung, di rumah RT …
hingga di sekitar kita
merayapi kayu-kayu yang menahan atap rumah kita.
sedangkan loreng-loreng bersenjata yang dulu membebaskan rakyat dari penjajah
bukan lagi milik rakyat,
milik mereka yang menghisap tetek ibu-ibu
menangisi nasi aking untuk makan hari ini,
yang menggembosi perut-perut busung lapar,
yang memerkosa hak anak untuk sekolah,
yang mempersulit pelayanan kesehatan untuk rakyat miskin,
yang merobohkan paksa tempat tinggal,
yang merampas lahan pekerjaan kita di trotoar dan sarana umum,
yang mematahkan roda becak-becak,
yang mengerangkeng perempuan,
yang menjejali kotoran, lumpur gas, dan racun industri
ke dalam organ pencernaan kita,
yang membodohi kita dengan aksara-aksara bermakna semu dan angka-angka palsu,
yang sekali lagi,
dan lagi,
meninabobokan kita.
“ninabobo, oh… ninabobo…
kalau tidak bobo digigit nyamuk”
eitt…
jangan terlelap dan terlena.
bangun!
langkahkan kakimu!
jika tidak,
sejarah kemarin dan hari ini di tangan mereka.
masa depan bukan milik kita.
kita di sini menjala semangat perubahan
yang telah lama ditekan penguasa-pengusaha.
di dalam barisan ini
kita simpan jejak langkah yang lalu di balik bantal.
di lingkaran ini
kita lubangi payung baja yang telah lama membuat bunga impian layu.
langkah kaki ini yang dulu terjerembab karena takut melangkah
kini bisa berlari.
harapan-harapan yang dulu dianggap tak mungkin
kini berada di depan sedang menggerakkan tangan kita untuk menggenggamnya.
sesungguhnya kita bisa.
selama ini ketakutan telah membunuh kita perlahan
dan kemerdekaan tercapai jika bebas dari rasa takut.
keyakinan harus dijaga.
melawanlah air mata!
melawanlah tangis jiwa!
melawanlah sakit hati!
melawanlah muak derita!
melawanlah takut langkah!
keluarkan semua.
bangkitkan semangat!
biar amarah merobek kepalsuan kadal-kadal.
hempaskan hela nafas lelah kita membasmi RAYAP-RAYAP gendut!
banjiri jalan-jalan dengan air mata dan amarah hingga ujung istana.
jangan,
jangan pernah membiarkan bara di dalam diri kita padam.
berkobarlah api perlawanan!
bergerak. bersatu. rebut hak-hak kita.
berdaulat!
lawan!
…
sebab reformasi omong kosong.
saatnya Revolusi.
heru suprapto
bekasi, 7/1/2007, 02.10.
dideklamasikan pertama kali oleh anak miskin di bundaran hi jakarta, di tengah festival seni perlawanan rakyat miskin kota, 7 januari 2007.